Home » Blog » Beda Batu Bara Thermal dan Kokas, Mana yang Dikuasai RI?

Beda Batu Bara Thermal dan Kokas, Mana yang Dikuasai RI?

coal3

Indonesia merupakan negara eksportir batu bara terbesar di dunia saat ini. nilai ekspor batu bara Indonesia pada 2022 bahkan menyentuh US$ 46,74 miliar atau setara dengan Rp 705,39 triliun rupiah

Namun mayoritas batu bara yang dihasilkan RI merupakan batu bara termal (thermal) yang umumnya digunakan untuk pembangkit listrik dan harganya lebih murah dari batu bara metalurgi (metallurgy coal/coking coal) yang secara umum digunakan untuk pembuatan baja.

Secara umum batu bara sejatinya diklasifikasikan berdasarkan peringkat atau kandungan karbon (kalori) yang dimiliki.

Batu bara sendiri terbentuk dari fosil tanaman yang mana peningkatan panas dan tekanan ditambah waktu akan menentukan peringkat batu baru bara.

Batu bara jenis terendah adalah lignit dengan konsentrasi karbon paling rendah sehingga energi yang dihasilkan paling sedikit untuk tonase yang sama dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Berdasarkan klasifikasi International Energy Agency (IEA), batu bara jenis ini memiliki kalori nilai kalori kurang dari 4.167 kcal/kg.

Selanjutnya adalah sub-bituminus dengan kalori antara 4.167-5.700 kcal/kg. Kedua jenis batu bara ini umumnya digunakan untuk keperluan pembangkit listrik.

Kemudian untuk yang kandungan karbon lebih tinggi ada batu bara bituminus dengan kalori lebih tinggi dari bituminus dan jenis antrasit dengan kandungan karbon paling tinggi dan memiliki kalori paling tinggi.

Secara lebih detail klasifikasi batu bara jauh lebih rumit dengan sejumlah aspek termasuk kandungan abu, sulfur, lengas, karbon hingga mineral ikut menjadi parameter. Namun, secara praktis untuk keperluan komersial batu bara biasanya diklasifikasikan berdasarkan penggunaannya menjadi jenis termal atau metalurgi.

Batu bara termal digunakan untuk membangkitkan listrik lewat pemanasan air yang menghasilkan uap untuk menggerak turbin. Jenis lignit dan sub-bituminus yang melimpah di Indonesia umumnya digunakan sebagai batu bara termal.

Sementara itu batu bara metalurgi atau coking coal yang digunakan oleh pabrik baja memiliki kandungan abu, kelembaban, belerang dan fosfor yang rendah.

Produk utamanya yang bernama kokas adalah batuan hitam berpori yang diperoleh dari pemanasan batu bara bituminous tanpa udara pada suhu yang sangat tinggi. Produsen utama batu bara jenis ini termasuk Australia, Amerika Serikat dan Kanada.

Antrasit sendiri yang kini umum digunakan untuk industri dan rumah tangga sebelumnya sempat digunakan untuk pabrik baja lalu perannya tergantikan secara oleh baru bara bituminus.

Hal ini karena meski keduanya memiliki kalori relatif tinggi yang disukai pabrik, namun struktur berpori bituminus menjadi pembeda utama.

Karena berpori kokas memiliki area permukaan yang lebih besar dari antrasit, sehingga tungku api dapat terbakar lebih cepat dari antrasit yang terbakar jauh lebih lama, namun memiliki densitas energi yang lebih tinggi.

Mayoritas perusahaan tambang batu bara di RI menambang batu bara termal dengan sedikit di antaranya berfokus pada batu bara metalurgi, seperti Adaro Minerals (ADMR) dan Asmin Koalindo Tuhup. Hal ini salah satunya terjadi karena hambatan jenis batu bara yang tersedia di lahan konsesi tambang.

Mengutip data Road Map Pengembangan dan Pemanfaatan Batubara 2021 – 2045, ESDM menyebut penggunaan batubara lokal sebagai umpan blending bahan baku kokas metalurgi hanya mencapai 20%.

Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) memperkirakan produksi batu bara thermal global menembus 7,22 miliar ton pada 2022.  China merupakan produsen terbesar untuk batu bara thermal yakni 3,56 miliar ton disusul dengan India yakni 886 juta ton.

Indonesia ada di urutan ketiga dengan jumlah 615 juta ton.

Namun, konsumsi dalam negeri China dan India yang besar membuat jumlah yang diekspor pun lebih kecil dibandingkan Indonesia.

Indonesia menjadi eksportir terbesar karena sekitar 75% produksi diekspor. Data EIA memperkirakan ekspor batu bara thermal Indonesia pada 2022 mencapai 473 juta ton, setara dengan 35% dari total ekspor global.

Merujuk data Kementerian ESDM, produksi batu bara RI pada 2022 tercatat 663 juta ton. Dari jumlah tersebut sebanyak 497 juta ton diekspor sementara hanya 166 juta ton yang diserap dalam negeri.

Sementara itu, produksi batu bara metalurgi pada 2022 diperkirakan 1,09 miliar ton.

China lagi-lagi menjadi produsen utama dengan jumlah produksi hingga 676 juta ton. Australia ada di urutan kedua dengan produksi 169 juta ton.

Namun, eksportir terbesar dipegang Australia karena hampir seluruh produksi China diserap di pasar lokal.

 

sumber: https://www.cnbcindonesia.com/research/20230201070645-128-409903/beda-batu-bara-thermal-dan-kokas-mana-yang-dikuasai-ri